(Today 28) Subjek Orang Pertama : Aku

Bonjour fellas, it's been a year!

Sudah lama aku tidak menerbitkan jejak tulisanku disini, rasanya sudah berbulan-bulan semenjak saya memutuskan untuk menuliskan kisah bertemakan putus cinta pada Agustus lalu. Hari berganti hari dan tahun sudah menapaki angka 20, yakni 2020. Maka lembaran baru dengan kisah yang baru pun juga dimulai.
Masih banyak yang harus diperbaiki untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Mari kita kembali berkunjung pada diriku di era 2018 dan 2019.

2018.

Aku adalah seseorang mahasiswa yang benar-benar baru saja melewati masa seorang pelajar. Masa-masa mengejar dosen, masa-masa ujian akhir semester, dan masa-masa aktif berorganisasi resmi berakhir pada awal 2018 tepatnya bulan Maret.
Aku yang memulai kehidupan baru sebagai seorang karyawati disebuah perusahaan perbankan yang sangat berbeda jauh 180 derajat dengan gelarku sebagai seorang guru STM. Aku yang pada saat itu sangat berusaha mati-matian untuk beradaptasi pada lingkungan baru. Seseorang yang bertekat untuk kuat seperti yang waktu itu diutarakan kepada teman-temannya,

''Lo yakin ra bisa menghadapi dunia kerja yang kayak gitu nantinya? Karna gue yakin bakalan berbeda."

''Yakin sel, gue bisa, gue pasti bisa. Gue mau bantuin keluarga gue."

''Tapi lo jangan sampai nyesel, lo harus kuat mental.''

''InsyaAllah gue bisa."

Kurang lebih begitulah percakapannya. Aku yang notabene adalah seseorang yang lebih sering bertindak tanpa berpikir mau tidak mau dan suka ataupun tidak suka harus menerima konsekuensi yang ada. Pertemuan saat menolong seorang nenek yang jatuh dan mengantarnya sampai pertengahan jalan membuatku yang waktu itu sangat merasa pesimis menjadi lebih termotivasi dan lebih tegar dalam menghadapi problematika kehidupan.

Pada tahun ini juga, diriku menemukan seseorang yang menjadi alasanku semangat untuk bekerja. Pertengahan tahun 2018 tepatnya bulan September kisah manis seorang aku dimulai.

Kesimpulannya, 2018 aku adalah seseorang yang baru merasa bebas dari dunia seorang pelajar, aku yang baru memulai pengalamanku sebagai seorang karyawati, dan aku yang kembali memulai mempercayai seorang pria. Bagi aku, 2018 permulaan dari sebuah transisi.

2019.

Aku adalah seorang karyawati yang sudah bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Saat itu, aku sudah mulai berani untuk sekedar mengucapkan selamat pagi. Aku dengan segala kemampuannya di tahun terdahulu kini mampu untuk menunjukkan siapa aku. Terkadang kecemasan sering kali terjadi, tapi aku di tahun 2019 kini mampu mempergunakan rasa sabarnya. Serta dapat bekerja dengan kemampuan yang ada.

Aku pada masa itu adalah aku yang sangat tergila-gila oleh seorang pria. Entah apa pesona yang dia pancarkan sehingga aku sangat begitu mempercayainya. Aku pada masa itu adalah aku yang sangat penurut, aku yang mampu berubah menjadi aku yang berbeda dari yang sebenarnya. Aku yang mampu menahan setiap tingkah yang sebenarnya ingin aku lakukan. 

Aku yang kerap kali menutup mata oleh setiap fakta yang sebenarnya aku tahu. Saat itu aku adalah seseorang yang sedang belajar untuk menerima perkataan yang baik untuk ku dan membuang perkataan yang tidak baik untuk ku. Buruknya aku, kerapkali aku bersikap egois dan hanya menerima opini  yang baik versi aku.

2019 Aku mulai belajar yang namanya berkorban meskipun untuk sesuatu yang fana. Aku yang belajar untuk mempertahankan sesuatu yang aku anggap seperti milikku. Aku pada tahun ini adalah aku yang berbeda serta berbanding terbalik dengan aku pada tahun 2018. Aku yang bagaikan tersekap pada jeruji besi, aku tidak bisa bergerak bebas dan seakan disetir oleh seorang kapten.

Aku tidak boleh begini,

Aku tidak boleh begitu,

Aku tidak boleh pergi dengan orang ini,

Aku tidak boleh bersikap seperti itu,

Minta maaf,

Meminta maaf,

Dan terus meminta maaf.

Serta, 2019 pun tidak berakhir baik seperti 2018. Pada pertengahan 2019, aku hancur sehancurnya. Runtuh seruntuhnya. Aku yang saat itu bersikap sangat idealis kini adalah aku yang sangat berantakan. Aku pada akhir tahun, adalah aku yang sedang berusaha bangkit dan kembali menyusun puing-puing bangunan kehidupan ku yang porak poranda. Efek traumatis yang terjadi pada tahun ini membawa dampak yang sangat signifikan pada kehidupanku ditahun selanjutnya.

2020.

Awal tahun baru dimulai dengan tekad dan keberanian luar biasa untuk sembuh dari masa traumatis dan ketakutan. Dimulai dari mengakhiri semuanya dalam artian tidak ada lagi sisa-sisa dimasa lalu  dan mengikhlaskan semuanya. Berhasilkah? Tentu saja aku berhasil.

Aku di awal tahun yang dimulai pula dengan rasa tidak percaya diri alias insecure. Aku yang sungguh sensitif pada permasalahan penilaian orang lain. Yang sungguh masih selalu terngiang setiap bait kata mengejek. Yang sepertinya ini adalah PR untuk ku, bagaimana caranya mengubah aku menjadi lebih percaya diri. Karena sungguh, sangat tidak nyaman memikirkan perkataan orang lain yang selalu terngiang di ingatanku.

"Muka udah berubah?"

"Lo jarang cuci muka ya?"

"Postur tubuh lo masih kurang bagus ya?"

"Lo bener-bener udah parah ih ra."

2020 Masih panjang masih tersisa 10 bulan lagi. PR ku untuk tahun ini sungguhlah banyak karena banyak yang harus aku perbaiki sembari mengembalikan aku menjadi aku yang sesungguhnya. Aku tidak mau berandai melampaui batas ekspektasiku dalam 2020. Apalagi membahas soal ketertarikan. Hal itu cukuplah Tuhan ku yang mengambil andil dalam urusan tersebut. Aku tidak terlalu peduli dan tidak terlalu memikirkannya.

Karena fokusku saat ini bukan itu. Aku bertekat untuk mengembalikan semuanya dan menjadi aku yang lebih baik.



P.s Aku sudah mulai kembali

















Terimakasih sudah membaca.


You may also like

No comments:

About Author

DAY6!








THANKYOU SO MUCH FOR COMING!






Indira Pratiwi

Jakarta based ilustrator & dreamer. Born on 90's era. So, i like everything about 90's. More artwork, lets check: grafolio.com/1996_eirram

Nice too see you!
Powered by Blogger.